Kalau kita jauh-jauh hari
sudah berani menentukan 1 Ramadhan, pasti langsung dibilang SOK TAU, karena di
Indonesia TRADISI MELIHAT HILAL itu menjadi seperti sebuah KOMPETISI antar
Kelompok Ummat Islam, seolah siapa yang melihat duluan, dialah yang menang dan
yang lain harus MENGAKUI kemenangannya,
persoalannya muncul ketika kelompok yang lain tidak mau mengakui
kemenangannya dan Penguasa Negeri ini tidak mampu menjadi JURI yang baik,
bahkan cenderung memihak.
Sebenarnya PERBEDAAN yang
berlarut-larut dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal itu hanya karena SALAH
dalam memahami arti MELIHAT. Ketika MELIHAT dimaknai terlalu sempit, yaitu
melihat dengan MATA TELANJANG sebagaimana pada saat zaman Rosulullah SAW dulu
yang belum mengenal PEEHITUNGAN ASTRONOMIS (HISAB) dan belum ditemukannya
TEROPONG BINTANG (Telescope) sebagai Alat bantu untuk me-RUKYAT, maka sampai
KIAMAT ummat Islam Indonesia akan habis waktunya untuk BERTENGKAR masalah 1
Ramadhan dan 1 Syawal.
Padahal kala itu Rosulullah
SAW sendiri sudah MENGAKUI dengan sabdanya, " kita ini adalah ummat yang
UMMI, yang tidak biasa menulis dan juga TIDAK BIASA MENGHITUNG satu Bulan itu
jumlahnya segini dan segini, yaitu sekali berjumlah dua puluh sembilan dan
sekali berikutnya tiga puluh hari ". (H.R.Bukhori)
Disini sangat jelas
Rosulullah SAW sudah menyadari keterbatasannya kala itu, tapi karena Beliau
dapat bimbingan wahyu, maka batasan jumlah hari dalam sebulan serta
perubahannya Beliau sudah tahu duluan dan itu menjadi pijakan yang sangat
berarti bagi kita saat ini, tapi tidak memberikan rinciannya karena beliau
yakin pada saatnya nanti semuanya akan terungkap.
Semestinya methoda RUKYAT
dan HISAB itu satu kesatuan yang TIDAK BISA DIPISAHKAN, seperti dua sisi mata
uang, jika hanya satu sisi yang dipakai, maka gak akan laku.
RUKYAT yang tidak didukung
dengan HISAB, pasti cara melihat Hilalnya NGAWUR, Hisab saja, kalau gak
dibuktikan dengan RUKYAT masih akan
menimbulkan KERAGUAN.
HISAB adalah Perhitungan
Matematik dan Astronomis untuk menentukan LETAK dan WAKTU yang tepat untuk
MELIHAT / me-RUKYAT Hilal . Sedangkan HISAB itu sendiri lahir dari HASIL
PENGAMATAN (Rukyat) benda-benda Langit khususnya Bulan, Bumi dan Matahari dalam
kurun waktu yang sangat panjang.
Rumusan HISAB itu adalah
hasil dari RUKYAT benda-benda langit,
mama RUKYAT itu akan TEPAT SASARAN kalau dilakukan berdasarkan HISAB,
jadi bagiamana mungkin harus dipisahkan antara RUKYAT dan HISAB itu.
Nah, ketika HISAB sudah kita
dapatkan RUMUS nya dengan ketepatan yang begitu AKURAT seperti saat ini, tapi
kalau cara me-RUKYAT Hilalnya pakai MATA TELANJANG atau TEROPONG JADUL, maka
sangat dipastikan akan menimbulkan KERAGUAN dan PERBEDAAN juga, maka harus
didukung dengan LENSA OPTIK yang memadahi sehingga setipis apapun kondisi Hilal
akan dapat dengan mudah kita lihat.
Bukan berarti gara-gara kita
tidak bisa lihat Hilal karena terkendala ALAT dan CUACA, lalu kemudian kita
bilang Bulan Barunya belum datang,
padahal menurut Perhitungan Astronomis (Hisab) Bulan Baru sudah terbit
diatas horison.
Sama halnya, ketika kita mau
Sholat Dzhuhur, tapi Langit mendadak mendung pekat sehingga sinar Matahari
tidak mampu menembusnya, sementara jam sudah menunjukkan pukul 13.00, apakah
kemudian kita gak Sholat Dzhuhur ?
Maka yang disebut MELIHAT
HILAL itu adalah Melihat secara HOLISTIK, melalui Pengamatan, analisis, Ilmu Pengetahuan Ilmiah, Penggunaan
Alat Bantu dan Teknologi, serta Perhitungan Matematik dan Astronomis.
Ketika MELIHAT HILAL secara
HOLISTIK itu sudah menjadi TRADISI setiap tahun dengan ketepatan yang sangat
akurat , maka suatu saat ketika terjadi masalah teknis, seperti Alat
Teropongnya rusak atau sudah tak layak atau TIDAK MEMENUHI STANDAR, sedangkan
cuaca juga sangat tidak mendukung di titik-titik pengamatan yang telah
ditentukan melalui Hisab ditambah lagi posisi Hilal yang KURANG DARI 1 DERAJAT
diatas horison. Maka hasil hisab itupun sudah cukup mewakili karena sejatinya
HISAB itu juga sama dengan MELIHAT / MERUKYAT dengan KACAMATA Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Contoh : Berdasarkan Tabel
Fase-Fase Bulan yang diterbitkan oleh Lembaga Antariksa Internasiol NASA, bahwa
Awal Bulan Ramadhan tahun 2013 adalah jatuh pada tanggal 8 Juli 2013 pukul 7.14
GMT, atau 14.14 WIB.( silahakan buka daftarnya disini
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=309072029229152&set=a.271600992976256.1073741825.187593954710294&type=1&theater
)
Sehingga sudah bisa
dipastikan saat Maghrib tiba, usia bulan hanya sekitar 4 jam. Yang jika
disetarakan dengan ketinggian bulan, tidak akan lebih dari 1 derajat. Bagi
yang mengikuti Hisab hakiki, sudah menyebut posisi bulan itu sebagai bulan
baru. Tetapi, bagi yang melakukan Rukyat, sudah pasti tidak akan bisa melihat
hilal dengan MATA TELANJANG, padahal sebenarnya BULAN SUDAH DIATAS HORISON.
Anehnya, kita itu sering
RIBUT masalah POSISI BULAN disekitar MAGHRIB, padahal kita baru MEMULAI PUASA
itu nanti menjelang waktu subuh tiba atau sekitar 10 jam lagi, jadi walau umur
Bulan Ramadhan saat Maghrib tiba itu baru 4 jam atau kurang dari 1 derajat
sehingga HILAL tidak mungkin kelihatan dengan mata telanjang, tapi HAKEKATNYA
KITA SUDAH YAKIN BAHWA BULAN RAMADHAN ITU TELAH TIBA, maka 10 jam kemudian
pasti bulan itu sudah tinggi diatas 2 derajat atau 14 Jam, maka kita WAJIB
PUASA pada saat itu menjelang Subuh tanggal 9 Juli 2013.
Jadi AWAL BULAN itu TIDAK
SAMA DENGAN AWAL MEMULAI IBADAH, awal Bulan Ramadhan jatuh pada jatuh pada
tanggal 8 Juli 2013 pukul 14.14 WIB, tapi awal kita mulai Ibadah Puasa
menjelang Subuh tiba pada tanggal 9 Juli 2013.
Bagaimana masih bingung ?
Silahkan kalau ada yang mau memperkuat.........
By : Ust.Aly Motivator
Ideologis ( PEMBINA RUMAH DAKWAH INDONESIA )
WA 081313999801
BBM : 79541FA2
-------------------------------------
Ingin BERDAKWAH tapi gak punya cukup waktu dan ilmu ?
silahkan bergabung bersama RUMAH DAKWAH INDONESIA
WA 081313999801
BBM : 79541FA2
-------------------------------------
Ingin BERDAKWAH tapi gak punya cukup waktu dan ilmu ?
silahkan bergabung bersama RUMAH DAKWAH INDONESIA
Jadikan HARTA kita menjadi
BEKAL jangan jadikan sebagai BEBAN
UMUR kita yang TERBATAS
membuat AMAL SHOLEH kita juga TERBATAS, Bersama DAKWAH, UMUR AMAL SHOLEH KITA
MENJADI TAK TERBATAS, karena akan terus MENGALIR bersama GENERASI PENERUS dan
JAMAAH kita hingga Akhir Zaman, Allahu Akbar.
Caranya ?
Layangkan Infaq fi
Sabiilillah, Zakat dan Sedekah kita untuk DAKWAH bersama Rumah Dakwah
Indonesia, melalui Rekening :
BCA : 230.3888896 a.n.
Yayasan Bantu
BCA : 230.0300.807 a.n.
Yayasan Husnul Khotimah
MANDIRI : 156.0003 296 409
a.n Yayasan Husnul Khotimah
MU'AMALAT : 305.0033 975 a.n
Yayasan Husnul Khotimah
BNI : 018 4300 117 a.n.
Muhammad Aly
BRI : 1169 0100 102 7505
a.n. Muhammad Aly
CARA KONFIRMASINYA ?
Transfer dana, lalu ketik pesan SMS/WA : " Bismillah, nama, niat Infaq Fi Sabiilillah Program BANTU SEJUTA DAI Rp...............Karena Allah SWT demi kemuliaan Islam dan Kaum Muslimin ". Lalu kirim SMS/WA ke 081313999801 atau BBM ke 79542FA2
Atau datang langsung ke :
Transfer dana, lalu ketik pesan SMS/WA : " Bismillah, nama, niat Infaq Fi Sabiilillah Program BANTU SEJUTA DAI Rp...............Karena Allah SWT demi kemuliaan Islam dan Kaum Muslimin ". Lalu kirim SMS/WA ke 081313999801 atau BBM ke 79542FA2
Atau datang langsung ke :
KANTOR SEKRETARIAT :
Gedung NSC Lt.2 Jl.Bandung Blok II No.139 Perum Kotabaru Cibeureum-Tasikmalaya
Phone : 0256-2351814
Gedung NSC Lt.2 Jl.Bandung Blok II No.139 Perum Kotabaru Cibeureum-Tasikmalaya
Phone : 0256-2351814
MARKAZ
PUSAT :
Pesantren Internasional IBNU SIENA, Jl.Siliwangi no.100 Tasikmalaya Phone : 0256-2351814, 081313999801
Pesantren Internasional IBNU SIENA, Jl.Siliwangi no.100 Tasikmalaya Phone : 0256-2351814, 081313999801
Website : www.rumahdakwahindonesia.blogspot.com
FB : www.facebook.com/rumahdakwahindonesia
BBM : 79542FA2
WA : 081313999801
FB : www.facebook.com/rumahdakwahindonesia
BBM : 79542FA2
WA : 081313999801